Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dari Musibah Aceh, Allah Menguji Siapa yang Peduli

humannesia.com / ACEH BERDUKA - Aceh hari ini kembali diliputi duka. sejak tanggal 25 November 2025 di berbagai daerah, bencana alam datang silih berganti, banjir, longsor, angin kencang, dan musibah lainnya mengguncang ketenangan masyarakat, menghancurkan rumah-rumah, memutus mata pencaharian, bahkan merenggut nyawa.

Korban Aceh

Tangis anak-anak, kegelisahan para orang tua, serta kepedihan para korban menjadi potret nyata bahwa Aceh sedang berada dalam ujian besar.

Namun dalam pandangan iman, musibah bukan sekadar peristiwa alam semata. Ia adalah ujian dari Allah bukan hanya bagi mereka yang tertimpa langsung, tetapi juga bagi kita semua yang menyaksikannya dari kejauhan. Allah SWT berfirman:

“Dan sungguh Kami benar-benar akan menguji kamu dengan sedikit rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)

Bagi saudara-saudara kita yang terdampak langsung, ini adalah ujian kesabaran yang luar biasa. Mereka diuji untuk tetap bertahan di tengah kehilangan, tetap beriman di tengah kesempitan, dan tetap berharap di saat masa depan terasa gelap. Namun Allah juga menegaskan bahwa di balik setiap kesulitan selalu ada harapan:

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5–6)

Sementara bagi kita yang hari ini masih berada dalam lindungan keselamatan, musibah Aceh menjadi ujian kepedulian. Apakah keselamatan membuat kita semakin bersyukur sekaligus berbagi? Ataukah justru membuat kita semakin sibuk dengan urusan sendiri, seolah derita saudara kita bukan bagian dari ujian kita?

Musibah orang lain sejatinya adalah cermin bagi hati kita. Apakah hati itu masih lembut untuk tergerak? Apakah nurani itu masih hidup untuk merasa? Ataukah kita mulai terbiasa melihat penderitaan sebagai sekadar berita yang lewat, tanpa meninggalkan jejak empati?

Rasulullah ﷺ mengingatkan:

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Iman tidak hanya diucapkan, tetapi dibuktikan dalam kepedulian. Dan kepedulian tidak boleh berhenti pada rasa iba. Ia harus hadir dalam aksi nyata. Karena Rasulullah ﷺ juga bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)

Berbagi tidak harus menunggu berlebih. Menolong tidak harus menunggu mapan. Kadang yang dibutuhkan hanyalah uluran tangan yang tulus, doa yang ikhlas, dan perhatian yang menguatkan. Karena yang paling menyakitkan bagi korban bencana bukan hanya kehilangan harta, tetapi merasa sendirian dalam menghadapi musibah.

Aceh tidak boleh dibiarkan sendirian.

Dari musibah ini, Allah sedang mengajarkan kita bahwa hidup amat rapuh. Rumah yang kemarin berdiri kokoh, hari ini bisa runtuh. Harta yang dikumpulkan bertahun-tahun, bisa hilang dalam sekejap. Dari sini kita belajar bahwa yang paling berharga bukanlah apa yang kita miliki, melainkan apa yang kita relakan untuk dibagi.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang menolong kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan menolong kesulitannya di akhirat.”
(HR. Muslim)

Maka hari ini, dari musibah Aceh, Allah sedang menguji siapa yang peduli. Bukan siapa yang paling banyak bicara, tetapi siapa yang paling cepat bergerak. Bukan siapa yang paling lantang bersedih, tetapi siapa yang paling tulus membantu.

Semoga Allah menguatkan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah dengan kesabaran yang luas, iman yang kokoh, dan hati yang lapang. Semoga air mata mereka digantikan dengan harapan, dan kesedihan mereka diganti dengan pertolongan. 

Dan semoga kita yang masih dalam perlindungan tidak lupa bahwa keselamatan hari ini adalah amanah untuk peduli.

Dari musibah Aceh, Allah menguji kita semua:
siapa yang sekadar melihat, dan siapa yang benar-benar peduli, dan mengulur tangan untuk saudara-saudaranya.

Penulis : Maswadi, S.Pd, M.Pd
Ketua IGI Aceh Jaya