Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hoaks Pelaku Penculikan Anak, Namun Harus Tetap Waspada

humannesia.com, JOGJA - Saat ini sedang viral dibicarakan tentang isu penculikan anak, isu tersebut berhembus melalui pesan berantai di seluruh Indonesia.

Penculikan anak

Munculnya dugaan upaya penculikan yang diperkirakan terjadi di Mantrijeron, sudah beredar pesan berisi hoaks tentang wajah pelaku penculikan anak. Pesan ini bisa terus diulang apabila dugaan penculikan terus terjadi di berbagai daerah.

Pesan berisi gambar yang menyebutkan wajah-wajah penculik anak di Jogja viral lewat Whatsapp beberapa hari terakhir. Namun faktanya, Polresta Jogja tidak pernah membuat siaran atau daftar foto wajah penculik anak dan menegaskan informasi tersebut tidak berdasar.

Pesan itu beredar luas di grup Whatsapp group perkampungan, group sekolah, grup orang tua murid, group keluarga dan berbagai group lainnya. 

Pesan yang beredar luas itu menyebutkan wajah-wajah dalam gambar adalah pelaku penculik anak dan pesan tersebut secara berantai diminta disebarluaskan agar masyarakat lebih berhati-hati.

Keterangan dalam unggahan daftar foto pelaku tersebut bertuliskan, “Mohon disebarkan ke group RT masing-masing agar warga kita mengenali wajah-wajah pelaku penculik anak.”

Pesan serupa sudah sering beredar di berbagai wilayah Indonesia. Foto yang memperlihatkan wajah sembilan orang yang disebut sebagai pelaku penculikan anak—persis foto yang beredar di grup percakapan warga juga pernah beredar di Pekanbaru pada tahun 2021. Namun, sebagaimana diberitakan suara.com, Kapolresta Pekanbaru kala itu, Kombes Pol. Pria Budi menjelaskan informasi tersebut hoaks.

Website Kementerian Komunikasi dan Informatika serta website turnbackhoax.id juga sudah memuat informasi bahwa gambar berisi wajah sembilan orang yang disebut sebagai pelaku penculikan anak tersebut adalah hoaks.

Kepala Humas Polresta Jogja AKP Timbul Sasana Raharja pun menanggapi beredarnya pesan tentang gambar penculik anak yang menjadi pembicaraan warga beberapa hari terakhir.

“Tidak ada informasi dari kami yang seperti itu, percobaan penculikan anak yang kemarin di Mantrijeron saja masih diperiksa, belum ada pelakunya,” ucapnya, Jumat (27/1/2023).

Timbul mengatakan agar warga masyarakat, terutama yang memiliki anak kecil, memang harus waspada. Namun, masyarakat juga harus bijak mencerna berbagai informasi yang beredar.

“Kami sudah minta masyarakat lebih hati-hati, tapi kalau daftar foto wajah penculik, kami tidak bikin dan tidak tahu,” ucapnya.

Sementara, Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Jogja Ipda Apri Sawitri memastikan bahwa informasi tersebut tak berdasar.

“Sepertinya hoaks karena kami tidak pernah bikin seperti itu, fotonya juga asing buat saya,” ucapnya, Jumat (27/1/2022) malam.

Apri juga mengimbau agar masyarakat tidak menyebarkan informasi yang belum tentu kebenaranya. 

“Tentu kehati-hatian harus selalu diutamakan, tapi kalau menyebar info seperti itu jangan dilakukan karena belum tentu benar,” ucapnya.

Dia juga meminta orang tua untuk terus memantau anak-anaknya agar terhindar dari berbagai kejadian yang tidak diharapkan.

“Harus tahu di mana saja tempat mainnya, apakah tempat mainnya aman atau tidak, siapa saja teman mainnya, dan anak seharusnya tidak dibiarkan main sampai malam,” tambahnya.

Topik penculikan anak mencuat diberbagai daerah sejak adanya dugaan penculikan terhadap seorang anak SD di Jogja.

Kecurigaan terhadap upaya penculikan itu muncul setelah anak sembilan tahun berinisial EHP yang tinggal di Mantrijeron, Kota Jogja, dikejar oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan hingga depan rumahnya.

Sang ibu, Susi Kartaningsih, menceritakan kejadian yang menimpa anaknya lewat aplikasi pesan Whatsapp kepada awak media. Peristiwa itu terjadi pada Senin (23/1/2023) sekitar pukul 14.00 WIB. Siang itu EHP, tidak ingin tidur siang dan memilih bermain.

“Saya bilang, ‘Mbak ayo bobok siang panas-panas gini kalau main enggak baik nanti gampang sakit.’ Karena kebetulan adiknya sedang demam. Tetapi dia bilang ke saya, ‘Aku enggak ngantuk, Bu.’ Terus izin mau main ke rumah temannya,” cerita Susi.

Tanpa rasa khawatir, Susi pun mengizinkan anaknya bermain. EHP kemudian menghampiri temannya yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Akan tetapi, teman yang akan diajak bermain itu juga sedang tidur siang. EHP pun bermain sendirian di depan rumah.

Saat EHP bermain sendiri, seorang laki-laki dan seorang perempuan naik sepeda motor berboncengan berhenti dengan jarak sekitar 20 meter dari rumahnya. Keduanya karena sempat mengarahkan ponsel ke arah. Susi curiga kedua orang itu sedang mengambil gambar anaknya. Selain itu, orang tidak dikenal itu sempat melambaikan tangan kepada EHP seperti hendak mengajak mendekat.

EHP yang tidak mengenal mereka kemudian menggelengkan kepala. Pemotor itu kemudian putar balik, dan si perempuan yang membonceng turun dari motor dan mendekati EHP. Merasa ketakutan, EHP kemudian masuk ke dalam kamar sembari memanggil kakeknya untuk meminta pertolongan.

“Anak saya lari masuk rumah sambil ketakutan, nangis bilang, ‘Uti-uti, ibu, aku dikejar orang itu.’ Panik, dia masuk rumah  masih pakai sandal. Karena neneknya di luar rumah jadi tahu yang mengejar, lalu bilang ke bapak saya kalau anak saya dikejar orang,” ucapnya.

Susi mengatakan pengendara motor sempat kembali melewati depan rumahnya dan sempat menyapa orangtuanya yang berada di depan rumah.

Pemotor itu lalu berhenti tak jauh dari persimpangan. 

“Waktu orang ini berhenti, bapak saya mendekat mau bertanya diapakan cucunya sampai ketakutan. Tetapi belum sampai bapak saya mendekati, mereka sudah buru-buru pergi ke arah utara perempatan timur rumah saya,” tambahnya.

Susi mengatakan setelah kejadian itu, EHP sering merasa ketakutan dan sulit tidur. Keesokan harinya, EHP juga tidak mau berangkat ke sekolah dengan karena masih merasa takut. 

“Dia bilang, ‘Bu, kala aku enggak berangkat sekolah gimana?’ Dia masih takut banget sambil nangis. Lalu pelan-pelan saya membujuknya masuk sekola agar tidak ketinggalan pelajaran. Saya mengantar sampai dalam sekolah,” ucapnya.

 Sumber : 

Suara.com

harian jokja