Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Harga Turun Drastis, Petani Tumbangkan 700 Pohon Sawit

humannesia.com / ACEH - Pasien Konsultasi Mental dan Spritual DPP APKASINDO (Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) mulai dibanjiri petani sawit yang sudah stress. 

Harga Sawit Turun

Hal ini terdata saat rapat Kordinasi Ketua DPW dari 22 Provinsi APKASINDO yang dilakukan secara virtual rabu malam (21/6).

Dari rapat tersebut juga diketahui bahwa sudah 68 PKS (pabrik kelapa sawit) tutup akibat kapasitas tangki penampungan CPO (crude palm oil)  sudah penuh dan di PKS yang masih buka terjadi antri sampai berkilometer bahkan ada yang sudah tiga hari antri masih belum bisa melakukan bongkar muatan. 

Akibatnya adalah harga TBS (tandan buah segar) petani swadaya ambruk ke harga Rp.1000-Rp.1.400/kg, demikian juga dengan TBS petani plasma menjadi Rp. 1.900/kg-Rp.2.000/kg.

Seperti yang terjadi di Kabupaten Subulusallam, Aceh, harga TBS petani swadaya sudah menyentuh Rp.800/kg. Akibat jatuhnya harga sawit dua bulan ini, petani sawit di Subulussalam sudah ada yang menumbang sawitnya.

Agus Ginting, seorang petani sawit di Subulussalam menebangi pohon sawitnya sejak Senin (20/6) sampai dengan hari ini. Lokasi tersebut berada di Kecamatan Sultan Daulat, Kabupaten Subullusalam, Provinsi Aceh. 

.Agus mengatakan “merasa sudah tak ada harga” dan saya sebagai rakyat merasa dikhianati oleh pemerintah, ujarnya ketika dihubungi sawitsetara.

“Ini hasil cucuran keringat kami, semua perhatian kami berikan sejak tahun pertama sampai tanaman besar, kami tidak manja dengan mengemis APBD, tapi kami murni swadaya”, ujar Agus.

“Kecewa kali saya. Masa gini harga sawit gak sesuai hitung-hitungannya, semua PKS suka-suka akibat salah kebijakan dari pemerintah. Harga setiap hari jeblok terus. Turun terus” ujar nya.

Dikisahkannya bahwa saat ini sawit di Subulussalam hanya di hargai sekitar Rp. 600 – Rp. 800 per Kg di RAM sedangkan harga di pabrik sekitar Rp. 1.200 per Kg. 

“Sementara kami di Subulussalam ini 90% menjual hasil panen kami ke RAM (pedagang pengumpul), karena luasan disini sikit-sikit, rerata 0,5-4 ha/KK”, lanjutnya.

Agus yang ketika dihubungi sawitsetara.net didampingi Ketua DPD APKASINDO Kabupaten Subulussallam, Netap Ginting, mengatakan bahwa total lahannya yang sudah ditumbang sudah mencapai 3 hektar, atau sekitar 700 batang, dengan umur 10-11 tahun. Umur ini adalah umur produktifnya sawit, tapi apa boleh buat, ujar Agus.

“Harga yang sekarang  cuman 600 perak tinggal sama kita, belum kita gaji karyawan belum lagi pupuk. Gak masuk kali hitungan, kesal saya”, kisah Agus dengan nada kesal.

Ketua DPD APKASINDO Subulussalam gagal membujuk Agus untuk menghentikan penumbangan sawitnya

Rencana mau coba tanaman lain, entah jengkol entah apa yang cocok, yang penting saya, anak-istri saya bisa melanjutkan kehidupan. 

“Memang kejam negara ini kepada kami rakyat kecil ini, sepertinya negara ini hanya hidup dengan migor”, ujarnya dengan suara bergetar.

Netap Ginting menjelaskan bahwa petani sawit di Subulussalam memang sudah banyak yang putus asa dan pasrah. “Dan mereka sudah melapor kesaya akan menyusul Pak Agus menumbang sawitnya. 

Disini penghidupan masyarakat memang dari sawit, ya dengan berbagai peranlah, ada yang sebagai petani sawit, pekerja sawit, penjual pupuk, bengkel truk dan lain-lain yang masih ada hubungannya ke sawit” jelasnya.

Ditekankan Ginting bahwa petani sawit diisini merasa dikhianati oleh Pemerintah pusat, kami ditelantarkan, pemerintah pusat 24 jam hanya memikirkan migor ke migor, tapi tidak sedetikpun kami petani sawit mendapat prioritas perhatian. 

“Paling sedihnya, Menteri Pertanian tidak sekalipun muncul ke media memberikan arahan kepada petani sawit, ini sudah dua bulan lebih, tidak sekalipun. Yang ada hanya anggotanya yang hilir mudik dari provinsi ke provinsi, entah apa hasilnya gak jelas”, kesal Netap.

“Menteri pertanian hanya memikirkan padi, bawang, tommat, cabe dan akhir-akhir ini agak lebih sering muncul di tv dengan sapi yang sakit”, urai Netap dengan sedih.

“Ya paling tidak Dirjen Perkebunan lah yang muncul di tv, itupun tak ada, apalagi sudah hampir 2 tahun Dirjen Perkebunan kosong dan hanya dijabat oleh seorang Pelaksana Tugas (Plt), semakin runyamlah kami petani sawit ini”, kata Netap.

Menurut Ginting, Sebenarnya secara politik, ini adalah panggung semua partai politik menunjukkan perannya, membantu petani sawit melalui interfensi kebijakan Presiden Jokowi dan para pembantunya, pada 6 bulan terakhir, tapi apa yang terjadi? mereka hanya hit and run, datang dan pergi tanpa ada hasil. 

“Kami mencatat semua siapa-siapa politikus yang benar-benar mencurahkan perhatiannya kepada kami petani kecil ini, kami gak melihat nama partainya”, ujarnya.

“DPD APKASINDO Subulussalam siap membanjiri Jakarta dengan TBS Busuk. Tapi kami menunggu instruksi dari Ketua Umum perihal demo. Usul kami kali ini dari 146 Kabupaten dan  Kota turun”, tegas Netap dari sambungan telepon.

Sumber : Sawit Setara.net